Jumat, 23 Maret 2012

Aku Belum Siap Menjadi Semestamu

Aku tak tahu mengapa berkali-kali pertengkaran di antara kita selalu terjadi. Aku tak mengerti apa salahku dan salahmu yang selalu menghasilkan adu argumen tanpa mengerti situasi. Inikah kita yang awalnya selalu merasa memiliki kesamaan? Benarkah semua sifat egois yang selalu meledak setiap kali kita mempertahankah pendapat? 

Ada batu yang sangat keras di kepalamu dan di kepalaku. Ada aliran sungai yang begitu deras  pada tutur kataku dan tutur katamu. Mengapa kita tak pernah lelah untuk mencari masalah? Mengapa aku dan kamu selalu senang menyelami jurang perbedaan?

Berjanjilah !

Dear my estfriend
Maaf ya, sampai sekarang aku belum bisa menceritakan penyakit yang kuderita selama ini. 
Terimakasih karena kalian udah care banget ama aku. Kalian yang udah buat aku setegar ini, kalian yang udah kasih semangat ke aku selama ini. Dan terimakasih kepada Kak I'am yang selalu kasih support, tak henti-hentinya ngomel supaya aku tidak telat makan. Terimaksih kepada mommy dan daddy yang selalu setia menemaniku pergi ke berbagai dokter, rumah sakit hingga pergi ke pengobatan alternatif.  Dan tak lupa kepada teman-temanku yang selalu buat aku tertawa dan senyum sipul di bibirku.

Rabu, 21 Maret 2012

Hari Terakhirku




Di pagi yang cerah, seperti biasa Vivi merapikan buku-bukunya untuk sekolah.
“La..la…la…la….” Suara merdu nya mengiringi segala kegiatannya di pagi itu. Ketika semua sudah selesai, dan segalanya telah di persiapkan, Vivi segera memakai sepatunya yang di taruh di bawah lemari.
“Ekh…… susah banget sih…! Akhirnya kakiku masuk juga.” keluhnya.
Memang ukuran sepatu Vivi agak kecil, karena sudah dari dulu Vivi belum membeli lagi, itulah sifatnya. Vivi adalah seorang anak yang hemat, tidak suka berneko-neko, rapi, dan rajin. Makanya, orang tua Vivi sangat bangga dengan anak semata wayangnya tersebut.
Setelah sepatu di kakinya terpakai rapi, saatnya berangkat ke sekolahnya. Vivi bersekolah di SMA Negeri 28 Dibilangan Jakarta. Orang tuanya memang sangat memperhatikan Vivi, hingga akhirnya Vivi dimasukkan ke dalam SMA favorit di kota itu.