Ternyata, waktu satu bulan tidak
dapat cukup untuk mengobati rasa kangenku yang telah kupendam sejak tiga bulan
yang lalu. Aku ingin memelukmu. Tapi, ga mungkin. Itu sangat mustahil. Aku
hanya bisa memperhatikanmu. Ah cara bicaramu, senyummu, aduuhh… aku kangen
semuanya. Kangenku tidak bisa dibayar dibayar hanya dengan
pesan singkatmu yang menyelip di handphoneku. Kangenku juga tidak dapat dibayar hanya dengan mendengarkan suaramu yang dipantulkan oleh frekuensi suara. Aku butuh pejumpaan nyata sayang, bukan hanya sekedar suramu dan pesan singkatmu. Aku butuh kamu , sayang.
pesan singkatmu yang menyelip di handphoneku. Kangenku juga tidak dapat dibayar hanya dengan mendengarkan suaramu yang dipantulkan oleh frekuensi suara. Aku butuh pejumpaan nyata sayang, bukan hanya sekedar suramu dan pesan singkatmu. Aku butuh kamu , sayang.
Hhhmmm.. Aku sangat senang ketika
kamu menghubungiku bahwa di bulan Januari kamu akan pulang ke kota ini, kota
yang pernah mempertemukan aku dan kamu yang kini menjadi KITA. Tiba-tiba saja, kamu men-delay keberngkatan
kamu ke kota ini karena ada urusan yang sangat penting. Dan kamu bilang mungkin
kamu akan pulang pada bulan Februari. Aku hanya bisa tersenyum san berkata
dalam hati “semoga saja tidak ditunda
lagi.”. Lalu, handphone(HP)kubergetar
dan sebuah pesan darimu mencoba menyelip di HPku, yang isinya:
“Hei, aku
sudah di rumah, sayang. Baru aja nyampe. Kapan bisa ketemu? Ketemuan yukk..
Kangen”
Ahh… Sepertinya itu salah satu hobimu yang selalu berhasil membuat aku tersenyum dengan kejutan-kejutan kecilmu. Akupun membalas pesan singkatnya.
Ahh… Sepertinya itu salah satu hobimu yang selalu berhasil membuat aku tersenyum dengan kejutan-kejutan kecilmu. Akupun membalas pesan singkatnya.
“Hmm..
Kamu emang paling bisa buat aku terkejut. Oke besok sepulang les ketemu.”
“Lesnya jam berapa? Pulangnya?
“Les jam 7 malam, pulangnya sekitar jam setengah Sembilan gitu. Kenapa?”
“Besok
aku jemput. Tunggu aku yah. Ga boleh nolak.”
“Hhhmm.. Iya deh iya”
Detik berganti menit, menit
berganti jam, jam pun berganti hari, dan saatnya lespun tiba. Dia menjemputku.
Tenyata, tidak ada yang berubah darimu. Senyummmu, cara berdirimu, caramu
menatapku, dan satu lagi, panggilan itu. Panggilan special yang kamu berikan ke
aku. Aduuhh.. Untuk yang kesekian kalinya kamu membuatku mematung didepanmu.
Kala itu, aku sedang les
matematika. Salah satu pelajaran yang berhasil membuat otak saya berputar tujuh
keliling. Kemudian, guru les saya memberikan tugas kepada kami (Para pelajar
yang les di tempat itu). Tentukan F
bundaran g dari fungsi f(x) dan g(x). Dari hasil tersebut, jawabannya pasti ada
x nya. Coba aja diganti. F(x) diganti aku dan g(x) diganti kamu. Maka berlaku
rumus, Aku dan kamu menghasilkan bundaran cinta. AAhh.. dasar kamu selalu berhasil menggangguku.
Sepulang les, kamu menjemputku.
Kala itu, waktu menujukkan pukul setengah Sembilan. Dan aku memutuskan untuk
mengelilingi kota ini. Yaa.. kira-kira tiga puluh menitan lah. Mmmm.. Supaya
apa? Ya! Benar! Supaya aku bisa dekat sama kamu. Sipaya bisa mengobati rasa
kangenku. Tidak terasa, waktu sudah menujukka pukul Sembilan malam. Saatnya
pulang J.
Aahh.. Apakah ini penyakitku? Penyakitku yang selalu memikirkanmu, yang selalu memikirkanmu, yang selalu kangen kamu, dan yang selalu ingin terus didekatmu. Ada ga sih obatnya? Ada! Obatnya ya bertemu kamu. Simple kan? Hahaha ga masuk akal kan ya? Bukannya kalau orang sedang jatuh cinta, selalu tidak menggunakan logika ya?
Dari Hatiku menuju Ruang Hatimu
Vialsa, 10
Februari 2012
:*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar